7 Oktober 2010

Perilaku Produsen



a.   Pengertian Produksi
Sebelum memahami perilaku produsen, terlebih dahulu pahami makna produksi itu sendiri. Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Penghasil barang dan jasa dinamakan produsen. Barang dan jasa dapat disebut juga barang.
Pengertian produksi secara sempit adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang yang lain. Secara  luas, produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang ditujukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian, produksi meliputi semua perbuatan atau kegiatan yang tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang saja, tetapi dapat juga membuat atau menciptakan jasa pelayanan, seperti acara hiburan, penulisan buku-buku cerita, dan pelayanan jasa keuangan.
Kegiatan produksi merupakan suatu sistem artinya bahwa terdapat hubungan yang saling memberikan pengaruh dan memengaruhi antara faktor produksi yang satu dan yang lainnya. Di samping itu, kegiatan produksi merupakan suatu proses artinya bahwa produksi dilakukan
melalui tahap demi tahap secara berurutan.
Dilihat dari bidang garapannya, produksi dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.

1) Produksi Ekstraktif
Kegiatan produksi yang dilakukan pada perusahaan ekstraktif, yaitu dengan cara mengambil kekayaan alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengubah sifat maupun bentuk barangnya. Contohnya, adalah perusahaan penambangan dan perusahaan  penangkapan ikan di laut.

2) Produksi Agraris
Kegiatan produksi yang dilakukan pada perusahaan agraris, yaitu dengan cara mengolah sumber daya alam terlebih dahulu sehingga meng-hasilkan barang baru. Misalnya, mengolah tanah pertanian, membuat perkebunan kelapa sawit, dan pemeliharaan ikan bandeng. Dengan demikian, pengertian agraris tidak hanya mencakup pertanian saja, tetapi juga peternakan.

3) Produksi Industri
Kegiatan yang dilakukan pada perusahaan industri berhubungan dengan usaha dan kegiatan manusia mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi. Kegiatan ini pada dasarnya adalah usaha untuk mempertinggi kegunaan dan nilai barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contohnya, industri penggergajian kayu, industri sepeda motor, industri mobil, industri pesawat terbang, industri pakan ayam, dan industri obat-obatan.

4) Produksi Perdagangan
Kegiatan yang dilakukan perdagangan berhubungan dengan penyaluran hasil produksi dari produsen kepada konsumen. Dengan kata lain, perusahaan ini melakukan kegiatan jual beli barang sehingga terjadi perpindahan hak milik dari barang tersebut. Penyaluran barang dari produsen ke konsumen dapat melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
(a)  Secara langsung dari produsen ke konsumen. Contohnya penjual bakso menjual bakso langsung ke konsumen.
(b) Secara semi-langsung, yaitu melalui perantara. Contoh produsen menjual ke pedagang eceran, misalnya, warung, toko, supermarket. Kemudian, pedagang eceran menjualnya ke konsumen.
(c) Secara tidak langsung, yaitu melalui beberapa perantara. Contoh dari produsen ke grosir. Kemudian, ke pedagang eceran baru ke konsumen.

5) Produksi Jasa
Walaupun produksi jasa tidak berwujud konkret, tetapi manfaatnya dapat dirasakan. Adapun jenis-jenis dari perusahaan jasa, yaitu:
(a)  jasa bisnis, seperti bank, konsultan, dan lembaga keuangan lainnya;
(b) jasa perdagangan, seperti supermarket, toko, warung, dan usaha perawatan dan perbaikan;
(c) jasa infrastuktur, seperti jasa komunikasi dan transportasi;
(d) jasa sosial atau personal, seperti restoran dan kesehatan;
(e) administrasi publik, seperti pendidikan dan pemerintahan.

b.   Fungsi Produksi
Proses produksi memerlukan sejumlah faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dan masuk dalam proses produksi untuk menghasilkan sejumlah barang (output). Jumlah output ini bergantung pada faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dalam proses produksi.
Hubungan antara jumlah input yang digunakan dan jumlah output yang dapat dihasilkan disebut fungsi produksi (production function). Jadi, fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah output maksimum yang dapat diproduksi dan faktor-faktor produksi (input) yang diperlukan untuk menghasilkan output dengan tingkat teknologi tertentu.
Secara matematis, fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q = f (K, L, R, T)
Q  =   jumlah produk (output) yang dihasilkan
f   =   fungsi, menunjukkan hubungan fungsional antara jumlah output dan input (K, L, R, T)
K  =   Kapital (capital) atau barang modal
L  =    Labor (tenaga kerja)
R  =   Resource (kekayaan alam)
T  =    Technology (teknologi yang digunakan)
Rumus tersebut menunjukkan jumlah produk (output) yang dihasilkan bergantung pada jumlah modal (capital), jumlah tenaga kerja, jumlah resource, dan tingkat teknologi yang digunakan.  Pada umumnya, proses produksi membutuhkan berbagai jenis faktor produksi. Namun, untuk memudahkan analisis perlu diadakan penyederhanaan terhadap faktor produksi yang jumlah dan kualitasnya sangat banyak. Untuk itu, penyederhanaan fungsi produksi hanya bergantung pada dua faktor produksi (input) saja. Kedua faktor produksi tersebut adalah modal (capital) dan tenaga kerja (labor). Secara matematis, fungsi produksinya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q  =  f (K, L)
Q =   jumlah output yang dihasilkan
f   =   menunjukkan hubungan fungsional antara jumlah output yang dihasilkan dan input  (K  dan L)
K  =   kapital atau barang modal
L   =   labor atau tenaga kerja
Dalam fungsi produksi tersebut, barang modal dianggap sebagai faktor produksi tetap. Adapun tenaga kerja merupakan faktor produksi variabel.

C. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan perusahaan, biaya produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Biaya produksi sering disebut ongkos produksi. Berdasarkan definisi tersebut, pengertian biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar, atau sampai ke tangan konsumen.

1)   Komponen Biaya Produksi
Berdasarkan komponen yang menyusunnya, biaya produksi meliputi unsur-unsur:
(a) bahan baku atau bahan dasar, termasuk bahan setengah jadi;
(b) bahan-bahan pembantu atau bahan penolong;
(c) upah tenaga kerja tidak terdidik dan tenaga kerja terdidik;
(d) penyusutan peralatan produksi;
(e) bunga modal;
(f ) sewa (gedung atau peralatan yang lain);
(g) biaya pemasaran, seperti biaya penelitian dan analisis pasar produk, biaya angkutan dan pengiriman, dan biaya reklame atau iklan;
(h) pajak perusahaan.

2)   Jenis-Jenis Biaya Produksi
Penggolongan jenis-jenis biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
(a) Biaya tetap/fixed cost (FC), yaitu biaya yang dalam periode waktu tertentu jumlahnya tetap, tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Contohnya, penyusutan peralatan, sewa gedung atau penyusutan gedung, pajak perusahaan, dan biaya administrasi.
(b) Biaya variabel/variable cost (VC), yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan, semakin besar pula jumlah biaya variabelnya. Contohnya, biaya bahan baku dan upah tenaga kerja yang dibayar berdasarkan jumlah produk yang dihasilkannya.
(c) Biaya total/total cost (TC) adalah jumlah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut.

TC = FC + VC

TC  = biaya total (total cost)
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC  = biaya variabel (variable cost)
d) Biaya rata-rata/average cost (AC) adalah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. Besarnya AC dapat dihitung dengan cara membagi TC dengan Q. Jadi, AC dapat dirumuskan:

AC        = TC
AC        = biaya rata-rata (average cost)
TC        = biaya total (total cost)
Q         = kuantitas barang dan jasa

(d)     Biaya marjinal/marginal cost (MC) merupakan biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu unit produk yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkannya. MC dapat dihitung dengan cara membagi tambahan TC (TC) dengan tambahan Q (Q).
 Jadi, MC dapat dirumuskan sebagai berikut.
MC = TC
Q
MC       = biaya marjinal (marginal cost)
TC        = perubahan biaya total (total cost)
Q          = perubahan kuantitas barang dan jasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...