Perbedaan antara teori yang satu dan yang lain terletak pada perbedaan fokus pembahasan dan atau asumsi-asumsi yang digunakan.
a. Teori Jumlah Penduduk Optimal
Teori ini dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori tersebut,
berlakunya the law of diminishing returns menyebabkan
tidak semua penduduk
dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan, akan menurunkan
tingkat output
perekonomian. Agar penambahan tenaga kerja dapat meningkatkan output, yang harus dilakukan
adalah investasi barang modal dan sumber
daya manusia yang menunda terjadinya gejala the law of diminishing returns.
b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
Teori ini dikembangkan oleh Solow (1956) yang merupakan penyempurnaan
dari teori-teori klasik
sebelumnya. Fokus pembahasan teori pertumbuhan neo-klasik adalah
akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya
dengan keputusan
masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi.
Asumsi-asumsi dari teori ini antara lain:
1) tingkat teknologi
dianggap kostan (tidak ada kemajuan teknologi);
2) tingkat depresiasi dianggap konstan;
3) tidak ada perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk
barang modal;
4) tidak ada sektor pemerintah;
5) tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.
c. Teori Schumpeter
Schumpeter menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi
disebabkan oleh inovasi dan pengusaha. Dalam membahas
perkembangan ekonomi,
Schumpeter membedakan pengertian
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi walaupun keduanya merupakan
sumber peningkatan output masyarakat.
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi
adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan semakin banyaknya jumlah
faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi
tanpa perubahan teknologi produksi itu sendiri. Adapun pembangunan ekonomi adalah kenaikan
output yang disebabkan
oleh inovasi yang dilakukan oleh pengusaha. Inovasi di sini berarti perbaikan teknologi
dalam arti luas, misalnya penemuan produk baru dan pembukaan
pasar baru. Inovasi tersebut menyangkut
perbaikan
kuantitatif dari sistem ekonomi
itu sendiri bersumber
dari kreativitas para wirausahanya.
d. Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar dikembangkan secara terpisah dalam periode yang bersamaan oleh E. S. Domar dan R. F. Harrod. Keduanya
melihat pentingnya investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi,
sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal, yang memungkinkan pening-
katan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi
(pendapatan nasional) yang ditabung.
Asumsi yang digunakan
dalam teori ini antara lain:
1) semua barang modal yang terdapat dalam perekonomian
sudah sepenuhya digunakan;
2) perekonomian
hanya terdiri atas dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan;
3) tabungan rumah tangga sebanding
dengan pendapatan nasional.
Artinya fungsi tabungan dimulai
dari titik nol;
4) rasio modal produksi
(Capital
Output Ratio = COR), yaitu perbandingan antara pertambahan modal dan pertambahan produksi adalah tetap.
e. Teori Rostow
Teori ini melihat pembangunan ekonomi sebagai proses perubahan yang bersifat garis lurus dan bertahap. Menurut Rostow, suatu perekonomian akan berkembang menjadi perekonomian maju dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
Masyarakat tradisional masih terikat oleh keadaan adat-istiadat
dan sistem masyarakatnya masih primitif serta masih
dipengaruhi oleh nilai-nilai tidak rasional.
2) Tahap Pra-Lepas Landas
(Precondition for Take Off )
Tahap pra-lepas
landas adalah tahap
perekonomian mampu tumbuh dan berkembang
dengan kekuatan mandiri. Pada tahap ini, dalam masyarakat lahir kelas menengah yang menguasai perdagangan. Selain itu, muncul aktivitas sosial
di bidang transportasi dan modernisasi pertanian. Dalam keadaan seperti ini, tahap
tinggal landas mulai dipersiapkan.
3) Tahap Tinggal
Landas (Take Off )
Keadaan masyarakat pada tahap
tinggal landas ditandai oleh meningkatnya investasi dan pendapatan riil masyarakat. Bidang- bidang industri
mengalami perubahan yang mendasar,
antara lain meluasnya peranan sektor industri unggul.
4) Tahap Kematangan (The Drive Maturity)
Pada tahap ini keadaan masyarakat telah mengenal penggunaan teknologi tinggi. Sektor-sektor industri memengaruhi
sektor-sektor lainnya.
Manajemen profesional
telah mulai berkembang dengan cepat.
5) Tahap Konsumsi Tinggi (The Age of High Mass Consumption)
Keadaan masyarakat pada tahap
ini telah berkembang secara mandiri.
Keadaan teknologi
dalam masyarakat
konsumsi tinggi dapat dikatakan sudah matang.
Beberapa tokoh dari aliran historis juga memandang
pertumbuhan ekonomi sebagai proses perubahan secara bertahap, di antaranya:
1) Werner Sombart membagi menjadi
empat tingkatan, yaitu:
a) Volkapitalismus/prakapitalis/kapitalis purba;
b)
Fruhkapitalismus/kapitalis madya;
c)
Hochkapitalismus/kapitalis
raya;
d)
Spatkapitalismus/kapitalis
akhir.
2) Friedrich List membagi menjadi
lima tingkatan, yaitu masa:
a) berburu dan mengembara;
b) berternak dan bertani;
c) bertani dan kerajinan;
d) kerajinan industri;
e) industri dan perniagaan.
3) Karl Bucher,
membagi menjadi empat tingkatan, yaitu rumah tangga:
a) tertutup;
c) bangsa;
b) kota;
d) dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar