10 Januari 2012

Inflasi


1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat, karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Misalnya, besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 7%, sementara pendapatan tetap, hal itu berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 7% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5%.

2. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi yang terjadi dapat dikelompokkan berdasarkan sifat, sebab terjadinya, dan berdasarkan asalnya.


a. Inflasi Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu inflasi rendah, inflasi menengah, inflasi berat, dan inflasi sangat tinggi.

1) Inflasi Rendah (Creeping Inflation)
Inflasi rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun. Inflasi ini dibutuhkan dalam ekonomi karena akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa.

2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 10–30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, dan 30%.

3) Inflasi Berat (High Inflation)
Inflasi berat (high inflation) yaitu inflasi yang besarnya antara 30–100% per tahun, misalnya inflasi yang terjadi pada pertengahan dekade 1960an yang mencapai 600%.

4) Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation)
Inflasi sangat tinggi (hyperinflation) yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini, masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya turun sangat tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.

b. Inflasi Berdasarkan Sebabnya
Berdasarkan sebabnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Demand Pull Inflation
Inflasi ini terjadi sebagai akibat pengaruh permintaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi. Akibatnya, sesuai dengan hukum permintaan, jika permintaan banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus, akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.

2) Cost Push Inflation
Inflasi ini disebabkan karena kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi. Akibat naiknya biaya faktor produksi, dua hal yang dapat dilakukan oleh produsen, yaitu langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama atau harga produknya naik karena penurunan jumlah produksi.

3) Bottle Neck Inflation
Inflasi ini dipicu oleh faktor penawaran (supply) atau faktor permintaan (demand). Jika dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya adalah sekalipun kapasitas yang ada sudah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga menimbulkan inflasi. Adapun inflasi karena faktor permintaan disebabkan adanya likuiditas yang lebih banyak, baik itu berasal dari sisi keuangan (monetary) atau akibat tingginya ekspektasi terhadap permintaan baru.

c. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi ini timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, biasanya pemerintah melakukan kebijakan mencetak uang baru. 

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi ini timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara mitra dagang utama (antara lain disebabkan melemahnya nilai tukar) yang secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kenaikan biaya produksi di dalam negeri. Kenaikan biaya produksi biasanya akan disertai dengan kenaikan harga-harga barang.

3. Teori Inflasi
Terdapat tiga teori utama yang menerangkan mengenai inflasi, di antaranya sebagai berikut.

a. Teori Kuantitas
Teori ini mengacu pada persamaan pertukaran dari Irving Fisher, yaitu MV=PT. Menurut teori ini, terdapat tiga penyebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi, yaitu sebagai berikut.
  1. Jika dalam perekonomian, jumlah uang beredar (M) dan transaksi barang produksi (T) relatif tetap, harga (P) akan naik jika sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang (V) dari satu tangan ke tangan yang lain berlangsung cepat (masyarakat terlalu konsumtif ).
  2. Jika dalam perekonomian, kecepatan perpindahan uang (V) dan transaksi barang produksi (T) tetap, kenaikan harga disebabkan oleh terlalu banyaknya uang yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat.
  3. Jika dalam perekonomian, kecepatan perpindahan uang (V) dan jumlah uang beredar (M) tetap, kenaikan harga disebabkan oleh turunnya transaksi barang produksi (T) secara nasional.

Dengan demikian, persentase kenaikan harga hanya akan sebanding dengan kenaikan jumlah uang beredar atau sirkulasi uang, tetapi tidak terhadap jumlah produksi nasional.

b. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Teori ini memfokuskan bagaimana persaingan dalam mendapatkan penghasilan antargolongan masyarakat dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia.

c. Teori Strukturalis
Teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang. Teori ini menyoroti sebabsebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi. Dengan demikian, pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Hal ini berakibat pada kenaikan hargaharga barang lain sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan jika pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak ditambah.

4. Dampak Inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian. Adapun dampak inflasi di antaranya sebagai berikut.
  1. Jika harga barang secara umum naik terus-menerus, masyarakat akan panik sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena di satu sisi masyarakat yang berlebihan uang akan memborong barang, sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya. 
  2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut, masyarakat cenderung untuk menarik tabungan secara besar-besaran (rush) untuk membeli dan menumpuk barang, akibatnya bank kekurangan dana yang berdampak pada tutup atau bangkrut,serta rendahnya dana investasi yang tersedia.
  3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenai kan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasar sehingga harga akan terus naik.
  4. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukkan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi serta masyarakatnya memiliki banyak uang.
  5. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
  6. Jika inflasi berkepanjangan, produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
  7. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...