3. Melaksanakan shalat tarawih
bersama imam sampai selesai.
Abu Dzar al-Ghifari -radiallahu'anhu-
berkata,
"Kami berpuasa bersama
Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- pada bulan Ramadhan. Beliau
tidak shalat malam bersama kami hingga tersisa tujuh hari. Waktu itu beliau
shalat bersama kami sampai sepertiga malam. Pada sisa hari yang ke enam beliau
tidak shalat bersama kami. Pada sisa hari yang ke lima beliau shalat bersama
kami sampai tengah malam. Aku pun bertanya,
“Wahai Rasulullah, sudilah kiranya mengimami kami shalat
semalam penuh!”
Rasul bersabda:
[ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ
الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ] رواه الإمام أحمد –الفتح
الرباني- (5/11) ، وأبو داود واللفظ له (1375) ، والترمذي (806) ، والنسائي (1364)
، وابن ماجه (1327) ، وصححه الألباني في صحيح الجامع (1615) .
'Sesungguhnya
seorang yang shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk.” [1]
[ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ] رواه الإمام أحمد –الفتح
الرباني- (9/220) ، والبخاري (37) ، ومسلم (759) ، والترمذي (808) ، والنسائي
(1602) ، وأبو داود (1371) .
“Siapa yang menegakkan shalat malam pada bulan
Ramadhan dengan keimanan dan berharap pahala, diampuni baginya dosa-dosanya
yang telah lalu.”[2]
Demikian juga halnya dengan Lailatul
Qadr. Mendirikan shalat pada malam itu keutamaannya seperti shalat seribu
bulan, sebagaimana firman Allah -azzawajalla-,
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada
seribu bulan.”(QS.al-Qodr:3)
Akan tetapi aneh sungguh aneh, banyak
orang menyia-nyiakan malam yang sangat agung ini.
4. Membaca seratus ayat al-Quran
pada malam hari
Tamim ad-Dari berkata,
"Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,
[ مَنْ قَرَأَ بِمِئَةِ آيَةٍ فِي لَيْلَةٍ
كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ ] رواه
الإمام أحمد واللفظ له –الفتح
الرباني- (18/11) ، والدارمي (3450) وصححه الألباني في صحيح الجامع (6468)
'Barang siapa membaca seratus ayat al-Quran pada malam
hari dicatat baginya "qunut" (berdoa) malam suntuk.”[3]
Membaca seratus ayat adalah perkara
yang mudah, tidak akan menghabiskan waktu lebih dari sepuluh menit. Jika
waktumu sempit engkau bisa mendapatkan keutamaan ini dengan membaca empat
halaman pertama dari surat as-Shaffat misalnya atau membaca surat al-Qalam dan
al-Haqqah.
Jika terlewatkan membacanya pada
malam hari, gantilah pada waktu antara shalat fajar sampai shalat Zuhur. Jangan
malas melakukannya karena akan engkau dapati pahalanya dengan izin Allah,
sebagaimana yang diriwayatkan Umar ibn Khattab -radiallahu'anhu-,
katanya, "Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
[ مَنْ نَامَ عَنْ حِزْبِهِ أَوْ عَنْ شَيْءٍ
مِنْهُ فَقَرَأَهُ فِيمَا بَيْنَ صَلاةِ
الْفَجْرِ وَصَلاةِ الظُّهْرِ كُتِبَ لَهُ
كَأَنَّمَا قَرَأَهُ مِنْ اللَّيْلِ ] رواه الإمام أحمد –الفتح
الرباني- (18/29) ، ومسلم واللفظ له (747) ، والترمذي (581) ، والنسائي (1790) ،
وأبو داود (1313) ، وابن ماجه (1343) ، والدارمي (1477).
“Siapa yang tertidur dari "hizb"nya (membaca zikir, doa dan
al-Quran) pada suatu malam atau sesuatu darinya, hendaknya dibaca setelah
shalat Fajar dan Zuhur. Dicatatkan baginya seperti membaca pada malam hari.” [4]
Mubarakfuri -rahimahullah-
berkata berkaitan dengan Hadits Umar ibn Khattab -radiallahu'anhu- ini:
"Hadits tersebut menunjukkan disyari’atkannya
membaca wirid pada malam hari dan disyari’atkan menggantinya jika terlewatkan
karena tertidur atau berbagai halangan. Barang siapa mengerjakannya di antara
shalat Fajar sampai shalat Zuhur maka seperti yang mengerjakannya pada malam
hari. Telah "tsabit" (valid) dari 'Aisyah dalam riwayat Muslim, at-Tirmidzi
dan selain keduanya bahwa jika Nabi -shalallahu alaihi wasallam-
terluput melaksanakan shalat malam karena tertidur atau sakit, beliau
menggantinya pada siang hari sebanyak dua belas rakaat."[5]
Semoga Hadits ini mendorongmu selalu
membaca wirid harian khususnya dari al Quran pada malam hari.
Tidakkah engkau tahu bahwa Nabi -shalallahu
alaihi wasallam- mendorong kita untuk membaca sedikitnya sepuluh ayat pada
malam hari agar tidak tercatat sebagai orang yang lalai?!
Telah diriwayatkan dari ‘Abdullah
ibn ‘Amr ibn al-‘Ash -radiallahu'anhuma- katanya, "Nabi -shalallahu
alaihi wasallam- bersabda,
[ من قام بعشر آيات لم يُكتب من الغافلين ومن قام بمئة آية كُتب من القانتين ومن قام بألف آية كُتب من المقنطرين ] رواه أبو داود اللفظ له (1398) ،
وابن حبان (2572) ، وابن خزيمة (1144) ، والدارمي (3444) ، والحاكم (2041) ، وقال
الألباني في صحيح الترغيب والترهيب: حسن صحيح (639)
“Siapa yang membaca sepuluh ayat al-Quran tidak
dicatat sebagai orang yang lalai. Siapa yang membaca seratus ayat dicatat
sebagai orang yang taat dan siapa yang membaca seribu ayat dicatat sebagai
almuqantarin[6].” [7]
Apakah kita termasuk yang loba
membaca kitab Allah -azzawajalla-? Seyogianya kita mengkhatamkannya, dan
tidak sebatas pada bulan Ramadhan saja, tetapi juga dilakukan sepanjang tahun.
Mudah-mudahan kekonsistenan dalam
membaca seratus ayat setiap hari guna mendapatkan pahala qiyamul lail
menjadi titik tolak yang menjadi berkah, pendorong kita untuk mempelajari kitab
Allah -azzawajalla- .
5. Membaca dua ayat terakhir dari
surat al-Baqarah pada malam hari.
Abi Mas’ud -radiallahu'anhu-
berkata, "Nabi -shalallahu alaihi wasallam- bersabda,
[ مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ
سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ ] رواه الإمام أحمد –الفتح
الرباني- (18/99) ، والبخاري واللفظ له (5010) ، ومسلم (807) ، والترمذي (2881) ،
وأبو داود (1397) ، وابن ماجه (1369) ، والدارمي (1487).
“Barang siapa membaca dua ayat akhir surat al-Baqarah
pada malam hari maka keduanya telah mencukupkannya.” [8]
An-Nawawi -rahimahullah- berkata,
"Ada yang mengatakan bahwa
makna Hadits: mencukupkannya dari 'qiyamul lail’ (melakukan shalat malam)’. ada
juga yang mengatakan, perlindungan dari gangguan setan. Yang lain mengatakan,
melindunginya dari keburukan". Seluruh makna memiliki kemungkinan.[9]
Ibnu Hajar -rahimahullah-
menguatkan pendapat ini dengan mengatakan,
"Atas dasar inilah aku katakan,
'Boleh memaksudkan semua makna yang telah disebutkan tadi –wallahu a’lam-.
Makna pertama dengan jelas disebutkan dari jalan periwayatan ‘Ashim dari
‘Alqamah dari Abi Mas’ud secara tersambung:
[
مَنْ قَرَأَ خَاتِمَة الْبَقَرَة أَجْزَأَتْ عَنْهُ قِيَام لَيْلَة ] فتح الباري بشرح صحيح البخاري لابن
حجر العسقلاني (8/673 ح 5010)
“Siapa yang membaca ayat penutup surat al-Baqarah,
sudah cukup menggantikan 'qiyamul lail' (shalat malam).” [10]
Membaca dua ayat tersebut merupakan
sesuatu yang mudah sekali, karena kebanyakan orang menghafalnya –segala puji
bagi Allah-. Sudah semestinya seorang muslim senantiasa membacanya setiap
malam. Tidak pantas melalaikannya karena mudah dilakukan, termasuk amalan
lainnya yang pahalanya sama dengan qiyamul lail. Karena target terbesar
seorang mukmin adalah mengumpulkan sebanyak mungkin pahala kebaikan, karena dia
tidak tahu amalnya yang mana yang akan diterima.
Abdullah ibn Umair -rahimahullah-
berkata,
“Janganlah dirimu merasa puas dengan sedikit ketaatan
kepada Allah -azzawajalla- dari amal remeh lagi sepele. Tetapi
bersungguh-sungguhlah mengerjakannya dengan lobak dan diam-diam.[11]
[1]
HR. al-Imam Ahmad, lihat al-Fathu ar-Rabbani
IV/11. Abu Dawud dan ini lafadznya no.1375. At-Tirmidzi no.806. An-Nasai no.1364. Ibnu Maajah no.1327. Disahihkan oelh
al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no.1615.
[2]
HR. al-Imam Ahmad al-Fathu ar-Rabbani IX/220. Al-Bukhari no.37. Muslim no.759. At-Tirmidzi no.808.
An-Nasai no.1602. dan Abu Dawud no.1371.
[3]
HR. Ahmad dan ini lafadznya. Lihat al-Fathu
ar-Rabbani XVII/11. Ad-Darimi no.3450 dan al-Albani
menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’ no.6468.
[4] HR. al-Imam
Ahmad –al-Fathu ar-Rabbani- XVIII/29, Muslim dan ini lafadznya no.747, at-Tirmidzi no.581, an-Nasai no.1790, Abu Dawud no.1313, Ibnu
Majah no.1343 dan ad-Darimi no.1477.
[5] Tuhfah
al-Ahwadzi Syarh Jami’ at-Tirmidzi karya al-Mubarakfuri III/185 no.581.
[6] Yang
memiliki segunung kebaikan.
[7] HR. Abu
Dawud dan ini lafadznya no.1398, Ibnu Hibban no.2572, Ibnu Khuzaimah no.1144,
ad-Darimi no.3444, al-Hakim no.2041 dan al-Albani mengomentari dalam Shahih
at-Targhib wa at-Tarhib: hasan shahih no.639.
[8] HR.
al-Imam Ahmad –al-Fathu Rabbani- XVIII/99, al-Bukhari dan ini lafadznya
no.5010, Muslim no.807, at-Tirmidzi no.2881, Abu Dawud no.1397, Ibnu Majah
no.1369 dan ad-Darimi no.1487.
[9] Shahih
Muslim Syarh an-Nawawi VI/340 no.807.
[10] Fathul
Bâri Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani XIII/673 no.5010.
[11] Hilyah
al Aulia wa Thabaqat al-Ashfia karya Abi
Nuaim III/354.
sumber:
diposkan oleh: http://mas-labbaika.blogspot.com/
klik juga: http://mas-laroyba.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar